Artikel Pembaca : Pendidikan Seks Untuk Anak
Sumber: REX FEATURES

Marriage / 23 April 2015

Kalangan Sendiri

Artikel Pembaca : Pendidikan Seks Untuk Anak

Theresia Karo Karo Official Writer
5620
Seks, kata ini masih dianggap tabu untuk diperbincangkan di Indonesia. Meskipun demikian, bila dipandang dari sudut pandang yang benar, sesungguhnya seks adalah bagian dari sebuah keajaiban. Dengan arahan, pemikiran, dan tanggapan yang tepat, seks dapat disampaikan sebagai pendidikan yang bermoral dan tentu saja tidak melenceng dari ajaran agama. Dewasa ini, pendidikan seks mulai diterapkan tidak hanya kepada remaja, tapi juga kepada anak-anak.

Penyampaian pendidikan seks dapat dilakukan dengan pendekatan tata nilai moral dan sosial, agama, ilmu pengetahuan, maupun psikologis. Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Jika tidak mendapatkan pendidikan seks yang benar, mereka akan termakan dengan berbagai pengetahuan yang tidak benar, dan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan seksual kelak.

Dimana pendidikan seks bisa didapat?
Sebenarnya, kita tidak bisa menjamin dari mana dan siapa yang berhak menyampaikan pendidikan seks serta siapa yang dapat menyampaikannya dengan benar. Seringkali orang yang kita percayai pun akan membuat kita terkejut dan tercengang dengan kasus-kasus yang tidak mengenakkan. Dan tidak dapat dipungkiri lagi, telah banyak orang dewasa, pemuka-pemuka agama, orang-orang yang sepertinya dapat dipercaya, ternyata muncul dengan berita-berita yang mengejutkan. Oleh karenanya, kita perlu pandai-pandai memilih dan memilah pendidikan mana yang tepat dan benar. Jika sudah melewati batasan nilai moral, sosial, dan agama, dapat diindikasikan bahwa hal tersebut tidak tepat. Maka dari itu, tiap orang tua dan calon orang tua harus tahu betul kebenaran-kebenaran tentang seks dan mereka bertanggung jawab serta mengambil bagian besar untuk mendidik anak-anak mereka.

Kapan sebaiknya pendidikan seks dimulai?
Pernahkah anda mendapati anak-anak yang bertanya pada orang tuanya, “Ayah/Ibu, saya berasal dari mana?” Dan kedua orang tuanya menjawab bahwa anak tersebut berasal dari perut ibunya. Menurut anda, apakah hal tersebut sudah menjawab pertanyaan anak? Atau bagaimanakah seharusnya pertanyaan tersebut dijawab? Sesungguhnya, jawaban tersebut bukan tidak tepat, tapi akan semakin membentuk pertanyaan anak-anak tentang dirinya yang dapat berada di perut ibunya, dan tentu mengarah kepada hubungan seks. Bukan juga salah jika kita menjelaskan hubungan seks kepada anak-anak, tetapi belum tepat saatnya bagi mereka mengetahui hal tersebut. Pada saat demikian, orang tua sebaiknya menjawab bahwa anak tersebut berasal dari Tuhan. Jawaban ini sekaligus dapat meneguhkan sang anak bahwa kehadiran mereka sepenuhnya karena kehendak Tuhan.

Namun demikian, pendidikan seks tetap perlu diperkenalkan sejak dini, sedini mungkin, hanya porsinya tidak sampai kepada hubungan seks (tapi misalnya dengan memperkenalkan anggota tubuh dan cara menjaganya). Jika pendidikan seks baru diberikan ketika anak menginjak remaja, maka sudah cukup terlambat bagi mereka karena mereka telah mendapat berbagai informasi dari berbagai media yang mungkin tidak dapat dipertanggungjawabkan dan membentuk sudut pandang yang salah.

Lantas, bagaimana pendidikan seks diberikan?
Berikut beberapa cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan tahapan usia anak:

a. Balita (0 – 5 tahun)
Cara menanamkan pendidikan seks pada usia ini cukup mudah, yaitu dengan memperkenalkan anggota tubuh dan cara menjaganya, misalnya pada saat memandikan anak. Anak juga perlu untuk dibantu memahami perbedaan perilaku yang boleh atau tidak boleh dilakukan di depan umum. Misalnya dengan mengajak anak untuk mengenakan baju di kamar mandi, jadi anak tidak berlarian setelah mandi tanpa busana. Anak harus tahu bahwa ada hal-hal pribadi dari bagian tubuhnya yang tidak semua orang boleh melihat dan menyentuhnya. Anak juga harus diberitahu, jika hal ini terjadi, maka mereka harus berteriak keras dan melapor pada orang tua. Dengan demikian, mereka dapat terlindungi dari ancaman kekerasan maupun pelecehan seksual yang telah marak terjadi.

b. Anak usia 6 – 10 tahun
Pada usia ini, anak mulai aktif ingin tahu tentang seks. Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab dengan sederhana dan terus terang. Berikut beberapa contohnya:

  •  Bayi berasal dari mana?
Jika dulu pertanyaan anak hanya dijawab bahwa mereka berasal dari Tuhan, maka pada usia ini perlu ditambahkan kenyataannya. Orang tua boleh menjawab bahwa mereka berasal dari rahim (ingat, bukan perut) ibunya atas kehendak Tuhan. Orang tua bisa menunjukkan ibu yang sedang hamil kepada anaknya dan tetap menegaskan bahwa keberadaan mereka di rahim ibunya atas kehendak Tuhan.

  • Mengapa bayi bisa berada di dalam perut (rahim)?
Jelaskan kepada anak bahwa ada proses pembenihan, ayah menanamkan benih kepada ibu. Ayah memasukkan benih tersebut kepada ibu melalui alat kelaminnya, demikian pula ibu mendapatkan dan menyimpan benih tersebut melalui alat kelaminnya. Itulah yang disebut dengan hubungan seks, dan jelaskan serta tekankan bahwa hal ini hanya boleh dilakukan ketika dewasa dan sudah menikah. Pada tahap ini, orang tua juga bisa menjelaskan bahwa sekalipun secara fisik anak telah dewasa, mereka belum dewasa secara emosional, dan dengan alasan tadi belum boleh melakukan hubungan seksual. Sampaikan juga, jika tidak tepat, hubungan seksual dapat menimbulkan penyakit.

  • Bagaimana bayi bisa keluar dari perut?
Orang tua bisa menjawab bahwa bayi keluar dari rahim ibunya melalui lubang vagina maupun disesar.

c. Usia 12 – 19 tahun
Pada usia ini, anak mulai berkembang dan sudah cukup dewasa tentang seks. Wanita mulai muncul payudaranya dan mengalami menstruasi, pria mengalami mimpi basah, berbulu kaki, dan keduanya akan mendapati mulai munculnya rambut-rambut halus di sekeliling alat kelaminnya. Orang tua tidak lagi perlu terlalu mengekang anak, tetapi cukup dorong, dukung, dan sarankan anak untuk melakukan komunikasi terbuka. Berikan juga pemahaman kepada anak bahwa banyak cara untuk mengekspresikan cinta dan kasih sayang tanpa bersentuhan fisik apalagi berhubungan intim, misalnya justru dengan saling menjaga dan menghargai. Diskusikan dengan terbuka tentang perasaan emosional dan seksual.

Penulis : William Yohanes

Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan mengirimkan kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan mengirimkannya ke alamat email : [email protected].


Sumber : William Yohanes
Halaman :
1

Ikuti Kami